Cerpen: Putus Cinta, Aplikasi Pencarian Jodoh Solusinya

Sumber: id.pinterest.com

Oleh: Anitaap

Bintang malam tampak berkilauan, bertaburan di angkasa. Membuat dua anak manusia menikmati keindahannya dengan saling bercerita hangat. Mereka adalah Nana Mirdad Purnama yang sering dipanggil Nana. Dara manis dengan jilbab pashmina andalannya. Dia salah satu Mahasiswi perguruan tinggi Islam yang ada di kota dengan julukan Indonesia Mini. Sedangkan, sahabatnya Rara Kurnia adalah salah satu Mahasiswi di perguruan tinggi Islam negeri juga, akan tetapi berbeda kampus dengan Nana. Karena Rara memilih menetap di kota kelahiran. Dia juga memiliki sifat yang hampir berbanding terbalik dengan Nana. Meskipun begitu persahabatan antara keduanya sudah terjalin sejak kecil.

“Gimana kuliahmu, Ra lancar? Udah UAS kan?” Pertanyaan beruntun dilontarkan oleh dara manis dengan jilbab pashmina cokelat yang senada dengan gamis yang dia kenakan, siapa lagi kalau bukan Nana.

“Ya, gitulah Na. Tahu sendiri kalau kuliah online itu enggak efektif sama sekali. Boro-boro mau nyantol pelajarannya. Mau fokus nyimak aja, udah disuruh sana-sini. Mana kadang pikirannya kemana-mana lagi,” oceh Rara yang panjangnya melebihi gerbong kereta api.

“Iya juga ya, Ra. Aku juga gitu nih. Tapi, mending punyamu udah selesaikan UASnya? Nah, punyaku baru aja dimulai malah,” keluh Nana yang menjadi tim afirmasi dengan sahabatnya itu.

“Iya UAS udah selesai. Tapi, kalau mata kuliah yang diajarkan nggak nyangkut sama sekali juga percuma kali, Na. Masa iya, kuliah cuma jawab salam, bilang baik pak, bu, absen. Terus apa udah gitu doang. Malah kadang nih, ya aku sambil rebahan tahu. Bahkan bukan aku aja kali, hampir semua paling gitu. Kalau nggak di sampingin sama kerjaan lain, sambil kerja misalnya,” Rara terus saja mengeluarkan segala uneg-unegnya tentang kuliah daring yang sudah hampir dua tahun berjalan ini. Nana mendengarkan dengan senyum dan anggukkan kepala tanda setuju.

“Iya, apalagi ini udah lama banget ya, kita daring. Dulu bilang hanya dua Minggu. Eh, sekarang jadi dua tahun,” kata Nana yang diakhiri dengan tawa oleh mereka berdua.

“Udah ah, ganti topik. Malas banget kalau bahas kuliah online terus. Karena nanti ujung-ujungnya juga kangen kuliah normal pasti,” protes Rara sambil menyeruput secangkir teh hangatnya.

“Benar juga, iya udah mau bahas apa lagi? Oh iya, btw gimana hubunganmu sama Mas itu?” Pancing Nana mencoba untuk membuat sahabatnya itu geram dengan pertanyaan yang dia ajukan. Lantaran baru beberapa hari yang lalu dia sama pacarnya, putus begitu saja. Tidak ada angin atau pun hujan, hubungan mereka kandas begitu saja di tengah jalan.

“Mulai cari gara-gara nih, anak. Udah tahu sahabatnya ini baru putus sama pacarnya. Mana lima tahun, bayangkan nyesek tahu. Kamu nggak pernah ngerasain, karena kamu jomblo terus,” ketus Rara merasa sensitif jika ditanya tentang mas mantannya itu.

“Aih, biasa aja dong Ra. Aku nggak jomblo tahu tapi single,” elak Nana tidak terima dengan apa yang Rara katakan.

“Sama aja, kali.”

“Beda lah, kalau jomblo mah nggak bisa buat karya. Tapi, kalau single bisa tuh, kan nanti bisa jadi album.”

“Emang kamu pikir lagi mau buat lagu, gitu?”

“Iya, bisa jadi begitu.”

Diam                                                                                                                                                  

Semenit

Dua menit

Tiga menit

“Huaa, Mas Avi keren banget. Bikin hati deg-degan deh, pengen segera dihalalin,” kata Rara dengan mata masih mengarah ke layar gawainya.

“Apaan sih, alay banget deh. Mas Avi siapa lagi?” Dengan penasaran Nana beranjak dari tempat duduknya untuk melihat gawai sahabatnya itu.

“Ini Mas Avi namanya, aku kenal sama dia di aplikasi pencarian jodoh, Na,” jelas Rara dengan wajah yang masih berseri-seri. Sang sahabat hanya tertawa mendengar penuturan dari Rara yang terdengar konyol bagi Nana.

“Aduh, Rara kenapa pakai aplikasi kayak gitu? Putus dari Masnya itu terus kamu mau cari penggantinya gitu? Enggak gitu juga kali, Ra. Kan bisa nyari yang udah jelas-jelas nyata. Teman kampus, organisasi, atau tetangga deh,” ucap Nana yang terdengar seperti ibu-ibu yang sedang menasehati anak gadisnya.

“Iya, gimana ya Ra. Aku iseng aja sebenernya, ternyata seru juga tahu main ini. Kamu harus coba deh, seru kok. Kita bisa cari juga umur dan jaraknya berapa. Mau dekat atau jauh bisa, terus mau adik tingkat atau bahkan om-om juga bisa,” terang Rara dengan semangat yang membara. Sudah seperti selebriti yang diendorse oleh aplikasi tersebut. Nana semakin tertawa kencang mendengar kata ‘om-om’ disebut oleh sahabatnya itu.

“Tapi, tidak semua kita bisa chatan dengan mereka Na. Hanya beberapa saja yang bisa, jadi yang bisa chatan itu dianggap mereka berjodoh begitu,” sambung Rara dengan nada yang sedikit menurun. Ada rasa kecewa yang didengar oleh Nana, sehingga dia menghentikan tawanya.

“Mengapa bisa begitu?”

“Entah, udah dari aplikasinya begitu. Jadi, kita nggak bisa milih mau chatan sama siapa. Padahal, pengen banget dulu chatan sama seseorang itu, eh malah nggak bisa tahu Na,” hembusan nafas panjang diakhir ucapannya Rara.

“Iya udah nggakpapa, mungkin bukan jodohmu kali, toh itu sekarang udah ada Mas Avi kan? Kamu bisa chatan sama dia kan?” Ucap Nana mencoba untuk mengembalikan kembali semangat dari sahabatnya itu.

“Iya Na, aku senang banget. Yah, walupun harus LDR-an,” nada Rara kembali naik satu oktaf, sama ketika dia promosi aplikasi pencarian jodoh yang dia tawarkan ke Nana.

“Iya nggapapa LDR-an. Aku juga sedang merasakan itu, kok. Jadi kita sama,” ujar Nana dengan penuh semangat. Rara hanya mengernyitkan dahinya, merasa tidak yakin jika sahabatnya itu sedang menjalin hubungan LDR dengan seseorang. Pasalnya selama mereka bersama, Nana itu jomblo sejak lahir. Mana mungkin sekarang tiba-tiba dia LDR-an.

“Iya, aku LDR-an sama dia yang namanya bersanding denganku di lauhul mahfudz,” sambung Nana seolah tahu apa yang dibingungkan oleh sahabatnya itu.

“Hm, kirain. Iya deh, aamiin. Semoga bisa segera dipertemukan dengan dia yang namanya bersanding denganmu di lauhul mahfudz. Tapi, nggak ada salahnya dong kamu pakai aplikasi ini buat ikhtiar, Na. Siapa tahu jodohmu ada di sana,” lagi-lagi Rara menawarkan aplikasi pencarian jodoh yang sedang dia mainkan.

“Enggak mau..,” ucap Rara histeris sambil berlari masuk ke dalam rumah.

“Aih, tunggu aja pasti kamu penasaran dan memainkan aplikasi ini, Na,” kata Rara sambil tersenyum simpul melihat Nana yang sudah berada di balik pintu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *