Sumber Foto: Malika/DinamikA
Klikdinamika.com– peresmian Komite Politik Social Movement Institut (SMI) sekaligus puncak Festival Keadilan yang bertajuk “Mimbar Gagasan Mendobrak Kebuntuan” yang dilaksanakan di Bento Kopi Godean, Sleman, Yogyakarta, Minggu (10/12/2023).
Dera selaku anggota Komite Politik, mengatakan bahwa, acara ini sebagai wadah bagi anak muda yang mengalami kebuntuan dalam dunia politik.
“Orang selalu ngomong anak muda oportunis, itu ya karena enggak ada pendidikan politik yang kritis, Komite Politik ini jadi alternatif,” ujarnya.
Kemudian, Gigih, selaku anggota Komite Politik juga mengungkapkan, bahwa di dalam Komite Politik adalah orang-orang yang beroposisi untuk menentang kekuasaan yang menindas.
“Seperti yang tadi disampaikan, manifesto dibentuk untuk menciptakan suatu eksistensi yang rukun, gerakan oposisi dan sebagai gerakan pembaharuan,” jelasnya.
Gigih menjelaskan gagasan di Komite Politik adalah membentuk region di setiap daerah-daerah untuk saling bertukar pikiran.
“Beberapa daerah yang menjadi komite politik di antara region itu saling bekerja sama, kita saling memanifestasikan apa yang menjadi identitas secara demokratis, kemudian kita wujudkan secara bersama-sama,” imbuhnya.
Melanjut dengan Dera, ia mengatakan bahwasannya selain wadah saling bertukar pikiran, Komite Politik ini juga sebagai gerakan pembaharuan dan pendidikan politik.
“Banyak kawan-kawan menggelar aksi justru dihujat oleh warga sekitar karena kawan muda nggak terjun ke basis. Gagasan kami soal pembaharuan itu. Jadi aksi oke, pendidikan politik jalan, dan propaganda menyebar,” tuturnya.
Gigih mengungkapkan tujuan dari Komite Politik ini yaitu menginginkan perubahan sosial, terutama sosial politik, sosial ekonomi, serta hubungan masyarakat yang lebih baik.
“Untuk membuat perubahan sosial yang jauh lebih baik daripada yang saat ini terjadi, terutama sosial politik, sosial ekonomi dan hal hal yang berkaitan antara hubungan masyarakat dengan negara,” jelasnya.
Di akhir, Dera berharap supaya Indonesia memiliki sistem demokrasinya sendiri, bukan demokrasi yang tersentralisasi.
“Harapan ke depan kita punya demokrasi yang kita ciptakan sendiri, bukan demokrasi yang tersentralisasi,” pungkasnya. (Malika/Najma/Zula/red)