Sumber Foto: Freepik
Oleh: Destian Wirda
Kala itu,
Mataku terpejam
Seluruh badanku dikecam
Sedikit demi sedikit
Setetes demi setetes
Dan, hampir merenggut raga
Aku meminta berhenti,
Mereka bilang
“Lihat, jalang ini!”
Wah,
Penuh tawaan binatang
Kupikir aku akan mati
Ternyata Tuhan belum berbunyi
Kukira tanganku mampu mengemis diri
Berharap jalang ini tak disinggahi
Hei,
Aku sudah berteriak
Kepada Bapak Dewa di seberang sana
Katanya,
“Sebentar dulu, Nak”
Hei,
Gonggonganku ke sana kemari
Namun balasnya,
Tamparan ideologi
Otakmu penuh belitung?
Sampai tak bisa berhitung?
Di sini menahan malu
Di sana tak tahu malu
Katanya kami harus bersuara,
Nyatanya mereka bertelentang kuasa
Bapak Dewa!
Aumanku belum decekoki harta?
Pantas,
Aduanku ditumpukan belakang sana
Bapak Dewa,
Lantas bagaimana?
Aku ikut sajalah minum kopi bersamamu
Biarkan aku terus malu
Asal kopimu terisi selalu