Sumber gambar: kompas.com
Oleh: Berliana Dyah Ayu Tasya
Maret lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan pemenang sayembara pradesain Istana Negara melalui akun twitter resminya. Dalam video berdurasi sekitar dua menit yang diunggahnya tersebut, memperlihatkan bangunan-bangunan istana negara yang modern dengan dikelilingi pepohonan serta aliran air sungai yang membuatnya nampak teduh.
Namun, pradesain tersebut justru memunculkan kritik dari beragam kalangan, terutama dari arsitek profesional. Hal yang menjadi sorotan adalah karya inti burung Garuda raksasa yang dianggap tidak mencerminkan kemajuan bangsa. Selain itu, ada fakta-fakta menarik lainnya yang membuat pradesain ini pantas menjadi perbincangan hangat di masyarakat.
- Garuda Akan Berubah Warna
Dilansir dari kompas.com, patung Garuda ini akan mengalami perubahan warna menjadi hijau tosca. Hal tersebut dikarenakan patung dibuat dari tembaga dan kuningan yang nantinya mengalami proses oksidasi. Dengan begitu, tidak perlu lagi melakukan pengecatan pada patung sehingga warna yang muncul adalah warna yang alami. Selain itu, pemilihan kuningan didasari karena bahan ini tidak menghantarkan panas, sekaligus berguna untuk memperkuat bahan. Material ini dipilih karena memiliki sifat yang bertolak belakang. Bahan tembaga mudah menghantar kalor, berbeda dengan kuningan yang tidak mudah merambatkan panas. Sang perancang patung Garuda, I Nyoman Nuarta, sebelumnya juga pernah menggunakan tembaga dan kuningan untuk bahan patung Garuda Wisnu Kencana di Bali.
2. Perancang Berprestasi Tanpa Gelar
Nama I Nyoman Nuarta yang muncul sebagai pemenang sayembara mendapat kritikan dari kalangan arsitek profesional. Menurut mereka, hal tersebut menyalahi Undang-Undang karena perancang istana negara harusnya berasal dari arsitek profesional. Sedangkan I Nyoman sendiri adalah seorang pematung lulusan jurusan seni rupa di ITB. Meskipun bukan lulusan arsitektur, dirinya juga mempunyai prestasi gemilang di bidang ini.
Dia merupakan pendiri tiga perusahaan dibidang arsitektur, yaitu PT Artech Matra Consultants, PT Mega pola Macro Consultants, serta PT NuArt Consultants. Dia juga beberapa kali merancang bangunan yang terkenal, seperti Jalesveva Jayamahe atau yang populer dengan nama Monjaya. Monumen yang menjadi ikon kota Surabaya ini memiliki arti “Di Laut Kita Jaya”. Dengan tinggi mencapai 30,6 meter, Monjaya disebut-sebut sebagai patung tertinggi kedua di dunia. Selanjutnya, dirinya juga menjadi perancang Museum Nusantara Batam, serta mega proyek berupa apartemen bernama Grand Kumala Lagoon.
3. Didesain Hanya dalam 12 Hari
Dilansir dari tempo.co, I Nyoman menceritakan bahwa waktu yang diberikan untuk membuat desain istana negara sangat singkat. Hal itu membuatnya merasa keberatan pada awalnya. Namun meski hanya 12 hari, dia dan tim sanggup menyelesaikannya dengan tepat waktu. Untuk karya patung Garuda raksasa, ia membutuhkan waktu 3 hari dalam membuat rancangannya. Dari lima perancang yang hadir dalam sayembara, hanya I Nyoman dan timnya yang dapat merampungkan desain.
4. Mengubah Citra Kalimantan
Sebagai provinsi penghasil batu bara terbesar di Indonesia, tentu saja membuat Kalimantan erat sekali dengan citra pertambangan. Ada banyak perusahaan pertambangan yang berdiri di provinsi ini, salah satunya adalah perusahaan raksasa PT Kaltim Prima Coal (KPC) milik Grup Bakrie dengan produk batu bara pertahun sekitar 50 juta ton.
Identiknya citra pertambangan tersebut, membuat daya tarik pariwisata Kalimantan kurang berkembang, tidak seperti pulau Bali atau Yogyakarta. Dengan desain istana yang mengusung konsep sinergi antara seni, sains, dan teknologi, I Nyoman berharap citra Kalimantan akan berubah menjadi pulau dengan eksotika kultural, menampakkan daya tarik baru dan meningkatkan pariwisata. Konsep patung Garuda ini akan menjadi satu-satunya istana negara yang dibangun sebagai karya seni.