Sumber Foto: Akrom/DinamikA
Oleh: Ahmad Ramzy
Renovasi besar pada Asrama Kartini 11A (Askarseba), diyakini oleh sebagian orang, tak terkecuali Pdt. Rama diniatkan oleh Pimpinan UKSW untuk dialihfungsikan sebagai fasilitas dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UKSW.
Melalui surat Keputusan Rektor Universitas Satya Wacana Nomor: 310/KR-Pb/06/2023 yang terbit pada (23/6), diberitahukan bahwa Dr. Rama Tulus Pilakoannu, M.Si diberhentikan dari jabatannya sebagai Kepala Program Studi S2 Sosiologi Agama Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana. Terdapat tiga poin sebagai pertimbangan mengapa akhirnya beliau harus diberhentikan dari jabatannya tersebut.
Dosen yang juga menjadi pendeta itu, dari surat keterangan di atas dijelaskan bahwa tiga poin menimbang pemberhentiannya tersebut bahwa pengunggahan berita atau data yang tidak benar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pun juga dianggap menyebarkan informasi melalui media sosialnya dengan keliru dan menyesatkan, kemudian atas kedua poin sebelumnya itu, dinyatakan kuat untuk memberhentikan Pdt. Rama dari jabatan kaprodi Magister Sosiologi Agama.
Dengan bermodalkan platform media sosial Facebook pribadinya, Pdt. Rama memposting beberapa foto unit Askarseba beserta tulisan yang menjelaskan keadaan dari asrama itu sendiri. Dalam unggahan yang diunggahannya pada (6/6), ia menyatakan bahwa “Asrama UKSW disiapkan untuk mahasiswa kedokteran yang bersedia dan mampu BAYAR MAHAL…” dan “Karena itu wahai saudaraku nun jauh di sana… stop berpikir di sini ada keberpihakan kepada RAKYAT JELATA… stop berharap di sini menyediakan pendidikan MURAH BERKUALITAS.”
Dosen yang ditugaskan menjadi kaprodi Magister Sosiologi Agama sejak 30 November 2022 itu, memberikan pendapat yang bukan tanpa alasan ia lontarkan, sewaktu ia masih berkuliah sebagai mahasiswa magister di UKSW pada tahun 1999 hingga sekarang menjadi pengajar/dosen sejak tahun 2015, UKSW baginya berprinsip mulia, yakni berpihak pada mereka yang terpinggirkan, dengan tegas ia sampaikan “UKSW selalu mengedepankan kaum-kaum yang terpinggirkan, teman-teman dari pinggiran Indonesia yang tidak bisa diterima di universitas berkualitas, bisa diterima di UKSW, bukan karena mereka pintar dan kaya, karena cita-cita UKSW ialah mengentaskan kebodohan dan kemiskinan,” jelasnya dengan tatapan tulus (25/7).
Kemudian, ia juga menceritakan kronologi singkat dari proses pemberhentiannya dari jabatan Kaprodi Magister Sosiologi Agama setelah mengunggah postingan yang berisi kritiknya itu, “Pihak rektorat menghubungi Ketua Umum Sinode kami Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) di Banjarmasin, Ketua Umum saya katakan bahwa terdapat rasa keberatan dari pihak rektorat dengan postingan saya di Facebook, kemudian saya sampaikan ‘bilang saja mereka panggil saya’,” jelasnya.
Setelah itu, saya diundang oleh sekretaris Wakil Rektor Bidang Keuangan, Infrastruktur dan Perencanaan (KIP) melalui pesan Whatsapp pada (15/6) dengan maksud untuk memenuhi panggilan dari Wakil Rektor Bidang KIP, Priyo Hari Adi, keesokan harinya (16/6).
Pdt. Rama memenuhi panggilan tersebut, kemudian ia diwawancarai oleh pihak Wakil Rektor Bidang KIP mengenai postingan di Facebook-nya itu, dari pertemuannya itu beliau disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang KIP bahwa akan mendapatkan notula yang di dalam notulanya terdapat penjelasan maksud dan klarifikasi Pdt. Rama dari postingannya, namun ia mengatakan bahwa notula pada pertemuannya saat itu masih belum dikirim-kirim juga.
Di sisi lain, Izak Lattu selaku Dekan Fakultas Teologi yang menaungi prodi Magister Sosiologi Agama, turut memberikan komentarnya mengenai pemberhentian jabatan kaprodi yang dialami oleh Pdt. Rama, sebagai Dekan Fakultas Teologi, ia berusaha untuk menjembatani rekonsiliasi antara Pdt Rama dengan Pimpinan Universitas.
“Saya masih berusaha bicara dengan Pimpinan Universitas supaya mencari-cari jalan terbaiknya seperti apa, hampir semua dosen utusan gereja, karena di belakang semua dosen itu berhubungan dengan gereja. Jadi karena itu, ini perlu diselesaikan dengan baik, karena (red: dosen) ini kan aset gereja,” tuturnya.
Lanjut ia juga mengupayakan pendekatan-pendekatan pastoral itu perlu diutamakan, meskipun penyelesaian yang bersifat struktural juga penting. Ia menyarankan agar penyelesaiannya dibicarakan dari hati ke hati. “Bagi saya penyelesaian dari persoalan ini harus diselesaikan dengan baik, kami sudah mendorong agar pendekatan-pendekatan kemanusiaan ini yang dikedepankan,” lanjut Izak.
“Pembicaraaannya dari hati ke hati, silakan didekati tidak hanya secara struktural, tapi juga secara personal dengan pendekatan-pendekatan kemanusiaan, daripada hanya pendekatan melalui surat,” imbuhnya.
Dengan diberhentikannya Pdt. Rama dari jabatannya, melalui surat pemutusan pemberhentian, posisi Kaprodi Magister Sosiologi Agama digantikan dan diemban sementara oleh Wakil Dekan Teologi, Pdt. Irene Ludji sebagai Pelaksana Tugas (Plt).
Renovasi Askarseba yang Dipertanyakan
Pendapat yang disampaikan oleh Pdt. Rama berkaitan langsung dengan kondisi yang terjadi di Askarseba, beberapa unit dari Askarseba kini sudah bukan lagi menjadi tempat tinggal untuk mahasiswa UKSW, namun sudah menjadi fasilitas dari FKIK UKSW.
Askarseba yang berlokasi di Jl. Kartini No. 11a tersebut memiliki jumlah unit sebanyak 7 unit, beberapa di antara unit yang ada, yaitu unit 1, 3 dan 4 sudah digunakan untuk kebutuhan dari FKIK UKSW. Terhitung sejak (21/6), sosialisasi nota Pimpinan UKSW ditujukan secara khusus kepada seluruh penghuni Asrama Mahasiswa di Kartini dan Noto.
Surat yang mengacu pada No. 94/ASM/2023 berisi tentang, Pertama, siklus masa tinggal di Asrama adalah 1 tahun. Kedua, terdapat rencana Pimpinan UKSW untuk melakukan perbaikan total Asrama Kartini (unit 2, 5, 6, dan 7) pada bulan Januari sampai dengan April 2024, maka khusus untuk putri, Asrama Kartini akan dikosongkan selama masa perbaikan dan mahasiswa penghuni diminta untuk mencari pemondokan di luar. Ketiga, Pembayaran tunggakan. Keempat, mahasiswa yang menempati Asrama dan masih mempunyai tunggakan Asrama, maka tunggakan tersebut akan dimasukkan dalam tagihan mahasiswa.
Asrama Kartini 11A (Sumber Foto: Ramzy/DinamikA)
Gio (nama samaran), mahasiswa yang pernah bertempat tinggal di Askarseba mengatakan bahwa sebelumnya, tepatnya di bulan Januari 2023, telah terbit surat edaran sosialisasi yang sama halnya seperti surat edaran sosialisasi di bulan Juni, bahwa akan ada renovasi di unit 4, hingga mahasiswa perempuan yang menempati unit 4 dipindahkan ke unit 2, kemudian yang sebelumnya menempati unit 2 dipindahkan ke unit 7 yang berisikan laki-laki, kemudian laki-laki yang berada di unit 7 dipindahkan ke Asrama Noto.
“Awal tahun ini pernah terbit juga surat edaran sosialisasi renovasi unit 4, penghuni perempuan yang menempati unit 4 dipindahkan ke unit 2, kemudian sebagian perempuan di unit 2 pindah ke unit 7, lalu yang di unit 7 akan diisi perempuan juga, hingga mahasiswa laki-laki yang berada di unit 7 dipindahkan ke Asrama di Blotongan,” jelasnya (27/7).
Namun, Gio dan mahasiswa lain yang bertempat tinggal di Askarseba sempat kaget dengan hasil renovasi yang dilakukan oleh pihak kampus terhadap unit 4 di asrama tersebut.
“Aku awalnya kaget juga, mas. Malah baru tau juga kalau unit 4 ini sekarang ada laboratoriumnya,” ungkapnya dengan raut wajah bingung.
Unit 4 Askarseba (Sumber Foto: Ramzy/DinamikA)
Akhirnya, banyak pula yang meyakini bahwa unit-unit yang tengah direnovasi, salah satunya akan bernasib sama seperti unit 4 Askarseba, yang hingga kini belum ada kejelasan terkait dengan dikembalikannya mahasiswa untuk menempati unit 4 kembali.
Kembali dengan Gio, ia sempat menempati unit 7 Askarseba yang diakui olehnya telah tinggal di sana mulai dari Agustus 2022 hingga akhir Juni 2023. Dirinya adalah salah satu dari sekian mahasiswa yang bertempat di Askarseba yang dihimbau dan terkena dampak untuk mencari pemondokan di luar selama renovasi berlangsung.
Biaya yang dikeluarkan untuk mahasiswa yang bertempat tinggal di Askarseba hanya sekitar 250 ribu/bulannya, lalu karena adanya renovasi di sana, sebagian mahasiswa mencari tempat lain untuk tinggal, Gio sendiri memilih untuk bertempat tinggal di kontrakan dengan teman-temannya, yang dimana masing-masing dari mereka harus menghabiskan biaya lebih dari biaya yang dikeluarkan untuk asrama.
“Sekarang tinggal di kontrakan bertiga, mas, untuk pengeluaran kalau dari aku mungkin untuk kontrakan sekitar 600 ribu perbulan, belum termasuk listrik, air, dll,” ungkapnya.
Melalui hasil pemantauan reporter klikdinamika.com, kami menemukan beberapa unit tengah direnovasi pada (27/7), salah satunya adalah unit 2 dan 7 Askarseba.
Unit 2 Askarseba (Sumber Foto: Ramzy/DinamikA)
Unit 7 Askarseba (Sumber Foto: Ramzy/DinamikA)
Pada surat pemberitahuan renovasi tertulis bahwa renovasi akan berlangsung hingga April 2024 nanti, namun menurut pengakuan Gio, hingga saat ini belum ada kejelasan yang pasti kapan mahasiswa yang bertempat tinggal di Askarseba bisa kembali menempati unitnya masing-masing.
*Catatan: DinamikA telah menghubungi Wakil Rektor yang bersangkutan melalui surat fisik ke Rektorat. Namun, hingga berita ini terbit, belum ada tanggapan/konfirmasi lebih lanjut atas ketersediaan untuk diwawancara dari yang bersangkutan.