Resensi Lagu: Rasa & Karsa

Sumber Foto: Spotify

Oleh: Muhammad Faza Fil Kaunain

Rasa dan Karsa dipopulerkan oleh grup duo folk Figura Renata, yang dirilis pada November 2017. Grup yang berdiri sudah sejak 2015 ini, berasal dari Semarang yang terdri oleh Deviasita Putri (vokal) dan Bima Sinatrya (gitaris, vokal).

Nama “Figura Renata” sendiri mempresentasikan visi mereka. “Figura” menggambarkan kehidupan sebagai bingkai peristiwa, Sedangkan kata “Renata” yaitu sebagai objek seperti manusia, matahari, pohon, air dan makhluk hidup lainnya yang fleksibel di dalam bingkai tersebut. Filosofi ini juga tercermin dalam lagu mereka yang sarat akan refleksi dan makna kehidupan

Kesadaran akan Kefanaan dan Kebermaknaan Hidup

Dan waktu ku tak lama

Semoga bisa bermakna

 Untuk semesta

Tua

Renta

Senja

Sebenarnya hidup di dunia ini hanya sementara. Ketika mulai menyadari bahwa hidup itu sementara, Deviasita dab Bima mengajak kita untuk memaknai kehidupan setiap detik. Pada bagian ini menceritakan bahwa keinginan untuk bermanfaat terhadap sesama manusia. Merujuk pada pesan, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.” Dan disini juga bisa bermakna hubungan kita sebagai manusia dengan alam. Karena pada bait semesta penjabarannya bisa sangat luas. Bisa hewan, tumbuhan, dan segala makhluk ciptaannya.

Semesta yang kita tinggali sudah sangat “Renta.” Semakin lama, bumi kian memburuk, karena ulah manusia. Menyadarkan kita, bahwa pentingnya memelihara bumi ini demi keberlangsungan generasi mendatang. “Senja” menjadi simbol refleksi. Karena banyak orang cenderung merenung dan merefleksikan hidup mereka. Dalam lagu ini, senja menjadi waktu yang tepat untuk memikirkan pilihan yang telah dipilih.

Kenangan, Luka, dan Harapan

Pada bagian selanjutnya, metafora puitis kembali dihadirkan:

Sisa perih jemari

Mendamba hujan Kala Oktober

Masih tersisa jua

 Rasa

pelupuk lara

“Sisa perih” sebagai metafora sebuah rasa/luka yang membekas, sementara “mendamba hujan dibulan Oktober” merupakan sebuah harapan yang tertunda. Karena musim hujan sendiri biasanya tiba pada bulan Oktober. Bagian Ini menceritakan bekas luka dari sebuah harapan, dan masih ada bekas-bekas/kenangan yang lain. Karena pada bait selanjutnya dijelaskan bahwa “masih tersisa jua”, berarti ini hanyalah salah satu dari beberapa kenangan/bekas luka yang lain. Sisa “Pelupuk lara” mengisyaratkan duka yang belum sepenuhnya sembuh.

Warna makna tercipta

Sisipkan harap dan doa

Warna melambangkan keberagama pengalama dalam hidup. Setiap kejadian membentuk warna dalam kehidupan kita. Dari setiap pengalaman, dapat diambil pelajaran dan maknanya. Teruslah optimis karena harapan dan doa menjadi kunci untuk terus melangkah, mengubah setiap kisah suka ataupun duka, menjadi sumber kekuatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *