Untung Rugi Pedagang UMKM pada Dies Natalis dan Pelaksanaan Wisuda

Sumber Foto: Wirda/DinamikA

klikdinamika.com– Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada kegiatan Dies Natalis ke-53 dan Wisuda ketiga UIN Salatiga mengalami untung rugi, Sabtu (29/07/2023).

UMKM UIN Salatiga dalam rangka Dies Natalis dan wisuda ini, menuai pro dan kontra dari penjual. Tak sedikit dari mereka yang berhasil mencapai target penjualan atau bahkan melebihinya.

Azizatul, penjual es dan dimsum di kegiatan Dies Natalis ke-53 dan Wisuda ketiga UIN Salatiga mengatakan bahwa, panitia stand UMKM menetapkan biaya sewa sebesar Rp 175.000,00 per 2,5 meter.

“Biaya sewanya itu Rp 175.000 untuk 2,5 meter bagi satu stand, tapi saya bagi dua sama temen saya biar bisa lebih murah,” ungkapnya.

Nabila, penjual es dan milor (red: mie telur) mengungkapkan, tidak mengalami kerugian sama sekali dan penjualan yang didapat sesuai dengan target.

“Alhamdulillah tidak ada kerugian, keuntungan kurang lebih Rp 500.000 dalam sehari, tidak rugi saya,” jelasnya.

Namun, beberapa penjual mengungkapkan keluhannya, karena keuntungan yang tidak sesuai dengan prediksi.

Azizatul salah satunya, menurutnya kegiatan dies natalis dan wisuda kali ini tidak lebih menguntungkan daripada sebelumnya. Profit yang didapat mengalami kemerosotan yang cukup signifikan, yaitu sebesar Rp 700.000.

“Wisuda yang kemarin omzet bisa mencapai Rp 1.000.000, tapi kali ini cuma Rp 700.000 lebih rendah daripada yang kemarin,” tambahnya.

Azizatul menilai, kerugian yang ia capai merupakan kesalahan teknis dari panitia mengenai alur keluar wisudawan/wisudawati, tamu, maupun mahasiswa lain.

“Ini mungkin juga kesalahan teknis dari panitia, harusnya wisudawan/wisudawati, mahasiswa atau yang lain yang keluar dari acara diarahkan untuk melewati UMKM, bukan jalur utama,” katanya.

Begitu pula yang dirasakan oleh Cholid Bayhaqi, salah satu mahasiswa yang berjualan di stand waktu itu mengeluhkan hasil keuntungan yang didapat tidak sesuai dengan pengeluarannya.

“Ya kalau dari segi keuntungan sih bisa dibilang agak kurang ya. Karena kalau boleh jujur memang mines,” ujarnya.

Ia juga menambahkan, pendapatan yang ia dapatkan dengan membandingkan pengeluarannya.

“Kalau dari total pengeluaran sudah sama uang sewa itu lebih dari Rp 500.000. Tapi dari pendapatan sehari itu cuma Rp 348.500,” ungkapnya.

Kemudian, Azizatul juga mengutarakan kekecewaannya terhadap panitia yang tidak memberikan tindak lanjut terhadap pedagang liar atau pedagang lain yang tidak membayar sewa pendirian stand.

“Saya kecewa berat, karena bagi kami yang udah bayar sewa, terus ada pedagang asongan atau pedagang lain yang tidak membayar, jadi pembeli lebih banyak beli di sana, kok ya tidak diusir atau ditindak lanjuti saja yang pedagang liar itu,” tegasnya.

Cholid sependapat dengan Azizatul, bahwa pedagang liar yang tidak menyewa tempat justru membuat kerugian pada dagangannya.

“Sebenarnya dari kesepakatan itukan tidak ada jualan keliling. Tapi, ternyata di lapangan itu banyak sekali. Jadi mungkin itu yang menjadi kendala. Yang seharusnya UMKM bisa di satu tempat tapi dengan adanya asongan, justru mematikan UMKM yang ada di stand. Mungkin juga yang asongan tidak membayar sewa. Jadi kami yang di stand sempat sebel juga,” ujarnya. (Wirda/Ramzy/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *