Kegiatan diskusi yang sedang berlangsung di Aula PKM 2 Lantai 2 Kampus 1 UIN Salatiga. (Sumber Foto: Rifka).
Klikdinamika.com-Mapala Mitapasa gelar diskusi publik dengan tema “Menelisik Pemerintah Kota dalam Kebijakan Pengurangan Sampah Plastik” di Aula PKM 2 lantai 2 Kampus 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga, Selasa (22/7/2025).
Diskusi ini menghadirkan dua pemantik yaitu Suryana Adi Setiawan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Salatiga dan Eric Darmawan dari Komunitas Akar Rumput. Diskusi itu juga dihadiri oleh Siti selaku manajer Bank Sampah Induk (BSI) Kota Salatiga.
Ulil Albab, salah satu panitia diskusi dan moderator diskusi mengatakan bahwa alasan mengangkat tema itu karena kebijakan di Peraturan Walikota (Perwali) Nomor 23 tahun 2022 tentang Pengendalian Penggunaan Plastik Pemerintah Kota Salatiga yang tidak benar-benar dijalankan padahal sudah tiga tahun lalu disahkan.
“Kami menganggap bahwa Perwali ini nggak benar-benar menjelaskan, hanya wacana. Makanya kami mengundang DLH itu untuk kemudian kita kupas bareng-bareng. Tapi sayangnya tadi dari pihak DLH mengundurkan diri terlebih dahulu, jadi tujuan kita masih belum tercapai,” tuturnya.
Ulil juga mengungkapkan bahwa dari 21 Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang ada di Kota Salatiga, hanya delapan yang aktif beroperasi. Dan hanya satu TPS yang benar-benar menerapkan prinsip 3R (Reduce, Recycle, dan Reuse), itupun dengan alat yang sudah tidak memadai.
“Aku kira nggak ada tindakan yang benar-benar serius dari pemerintah untuk ngomong soal penanggulangan sampah plastik ataupun soal bagaimana menangani sampah plastik,” lanjutnya.
Bahkan di tahun 2024 silam, mahasiswa Kota Salatiga melakukan demonstrasi tentang peningkatan krisis iklim di Salatiga yang juga menyinggung persoalan sampah dan Perwali. Usai aksi tersebut, pihak DLH memberi respons yang tak diinginkan.
“Teman-teman mahasiswa di 2024 yang melakukan demonstrasi soal kebijakan ini, soal sampah juga, mereka bahkan diintimidasi, mereka diundang di kantor DLH dan kemudian dimarah-marahi. Menurutku mereka sangat anti-kritik terhadap hal-hal semacam ini,” akunya.
Ulil berharap setelah adanya diskusi itu pemerintah akan lebih terbuka terhadap kritik dan bisa melaksanakan kebijakan yang telah dibuat dengan baik, tidak hanya dijadikan wacana saja.
“Harapannya mereka punya satu tindakan yang serius lah, nggak harus mereka melakukan sendiri lah, mereka bisa mengajak masyarakat sipil, mengajak organisasi masyarakat, mengajak mahasiswa atau siapapun untuk berkolaborasi,” pungkasnya.
Namun di samping tidak tercapainya tujuan dari diskusi untuk mengupas lebih lanjut kebijakan Perwali, diskusi itu memberikan kesadaran betapa pentingnya mengurangi penggunaan plastik yang mana akan menjadi sampah plastik dan sulit untuk diuraikan.
Natali, salah satu peserta diskusi dari Pecinta Alam SMA Negeri 1 Tengaran menuturkan bahwa setelah mengikuti diskusi itu membuatnya sadar akan pentingnya mengurangi sampah plastik. Menurutnya, diskusi itu juga penting dilakukan agar masyarakat peduli terhadap sampah plastik.
“Menurut saya sangat penting dilakukan diskusi seperti ini, apalagi gen Z, gen Alpha sekarang itu mungkin agak nggak peduli dengan sampah plastik gitu. Jadi mungkin mereka harus digerakkan hati dan pikirannya untuk mengurangi sampah plastik seperti itu,” ucapnya. (Rifka/Kamal/Red).