Situasi saat Aksi Solidaritas dilaksanakan di depan Gedung Polda Jateng (Sumber Foto: Izlal/DinamikA).
Klikdinamika.com—Aksi Kamisan Semarang mengadakan Aksi Solidaritas yang diikuti oleh mahasiswa dari Semarang, Salatiga, dan Kudus. Aksi tersebut dilakukan di depan Gedung Polisi Daerah Jawa Tengah (Polda Jateng), Kamis (28/11/2024).
Tak hanya mahasiswa, aksi tersebut juga diikuti oleh anak-anak Sekolah Menengah Atas (SMA) yang peduli dengan kasus pembunuhan Gamma Rizkynata Oktafandy, hingga aksi berakhir pada pukul 20:00 WIB. Aksi tersebut diisi orasi-orasi, teatrikal, dan pembacaan puisi.
Singkatnya, 24 November 2024 lalu, anggota polisi berinisial R melakukan penyalahgunaan kekuatan dengan melepaskan tembakan pada tubuh anak berusia 16 tahun hingga menyebabkan korban meninggal.
Aksi Untuk Gamma
Akmal, selaku demonstran Aksi Kamisan menjelaskan tujuan diadakannya aksi ini adalah untuk memojokkan kepolisian dan menciptakan kesadaran ke masyarakat bahwasanya statement-nya tentang Gamma melakukan tawuran itu salah.
“Goals-nya yang pasti, memojokkan kepolisian dan menciptakan bayangan ke masyarakat bahwasanya statement dari kepolisian bahwa si siswa (red: korban penembakan) ikut tawuran itu salah. Kami juga ingin hukum ini berpihak ke keluarga korban supaya dapat keadilan, intinya seperti itu,” tutur mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES) itu.
Dalam rangkaian aksi, salah satu teman Alm. Gamma, menyampaikan kekecewaannya saat ia mendapatkan kesempatan untuk berorasi. Ia mengatakan bahwa institusi yang seharusnya mengayomi justru menjadi ancaman bagi masa depan bangsa.
“Bagaimana mungkin institusi yang katanya mengayomi, justru menjadi ancaman bagi masa depan bangsa? Bagaimana mungkin seorang pelajar yang hanya memperjuangkan haknya, malah mendapat tindakan brutal oleh tindakan-tindakan kalian semua,” teriaknya lantang.
“Pelajar adalah harapan bangsa. Di tangan mereka masa depan negeri ini digantungkan. Namun, apa yang kita lihat sekarang? Apa yang kita lihat sekarang kawan-kawan? Harapan itu dihancurkan oleh tangan yang seharusnya melindungi,” tambahnya.
Selain itu, meski Kepala Kepolisian Resor Kota Besar (Kapolrestabes) Semarang berdalih bahwa penembakan oleh anggotanya dilakukan sebab korban melakukan tawuran, mahasiswa dan orang-orang yang berada di pihak korban masih menyayangkan pembunuhan dan statement polisi tersebut terhadap Gamma.
Akmal mengatakan, meskipun dalam konferensi pers polisi menyatakan bahwa Gamma melakukan tawuran, masih ada kemungkinan alibi itu hanya membenarkan penembakan yang dilakukan oleh salah satu polisi.
“Kalau mau percaya kepolisian, kan, pastinya pertama, dia (red: pihak polisi) harus mengamankan institusinya yang mau tidak mau, ya, misalkan dia sudah terlanjur melakukan penembakan, ya harus dicari alibi yang setidaknya membenarkan penembakan itu. Kalau saya sih mendukung dari pihak keluarga, bahwasanya siswa itu sebenarnya siswa yang benar dan tidak melakukan tawuran,” ujarnya saat diwawancarai wartawan LPM DinamikA di lokasi aksi, Kamis (28/11/2024).
Terakhir, Amin selaku koordinator lapangan, menyuarakan desakan dan tuntutan Aksi Kamisan, sebagai berikut:
- Perubahan secara serius sistem dan aturan Kepolisian (Reformasi Kepolisian) untuk melindungi hak-hak masyarakat;
- Menuntut pengusutan kasus yang transparan dan berkeadilan bagi korban dengan menghukum pelaku seberat-beratnya;
- Menuntut agar Kapolrestabes Semarang dicopot dari jabatannya karena menyebarkan berita yang membingungkan masyarakat;
- Meminta kepada Komnas HAM, LPSK, Ombudsman, Kompolnas untuk terlibat dan melindungi keluarga, teman, pihak sekolah dan saksi-saksi lainnya. (Sidqon/Fadlan/red)