klikdinamika.com, Magelang- (01/02/2020) Sekolah Budaya Nittramaya adakan kegiatan ekskursi dan membaca relief candi di Candi Mendut dan Candi Pawon, Magelang. Kali ini ada 9 kisah relief yang dipelajari. Topik yang terdapat pada kisah-kisah tersebut adalah Komitmen, Kecerdasan, Kejujuran, dan Keadilan.
Komunitas yang didirikan pada tahun 2012 ini sudah berbadan hukum dan bergelut di bidang sastra. Selain membuat karya sastra dan menampilkan pertunjukan sastra, komunitas ini sering mengadakan kegiatan seni membaca relief candi. Bermula dari keprihatinan Bambang Eka Prasetya (pendiri Sekolah Budaya Nittramaya) dimana jarang sekali orang-orang mengenal pesan-pesan dari relief candi.
Di Borobudur, sekian juta pengunjung per tahun datang ke candi hanya untuk mengabadikan momen saja. Tidak banyak yang datang untuk mengenal cerita-cerita yang mengandung pesan di relief candi. Padahal banyak pesan yang tersampaikan pada relief-relief candi tersebut. Bahkan menurut Bambang, banyak cerita dongeng yang berbasis dari cerita di relief Candi Borobudur. Seperti contohnya Jaka Tarub, Malin Kundang, Si Tanggang (dongeng dari Malaysia) serta Nahkoda Manis (dongeng dari Brunei Darussalam). Dongeng-dongeng tersebut rata-rata tercipta pada tahun 900-an, sedangkan Borobudur pada tahun 825.
Ada beberapa sumber informasi yang menjadi referensi seni membaca relief. Sumber-sumber tersebut berasal dari buku-buku dari Balai Konservasi Borobudur (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI), Vihara Teravadha Mendut, dan Yayasan Ehi Pasiko Foundation Jakarta. Cerita yang disampaikan dalam kegiatan ini berbasis akademik, kredibel, dan bukan bersumber dari cerita orang. Semua cerita berdasarkan referensi yang terjamin kredibilitasnya. Antara cerita pada relief candi dan ajaran agama Budha tidak 100% sama atau tidak identik. Maksudnya, apa yang ada di kitab suci Budha belum tentu ada di relief candi, begitu juga sebaliknya.
Acara ini diadakan berdasarkan kesepakatan antara peserta dan Bambang sebagai fasilitator. Tidak ada waktu tertentu apabila ingin belajar. Untuk belajar membaca relief hanya perlu menghubungi Bambang dan menentukan waktu yang disepakati. Acara ini tidak membatasi jumlah peserta dan tidak dipungut biaya, hanya cukup membeli tiket masuk candi saja. Bahkan jika hanya ada satu orang yang berminat belajar, Bambang menegaskan siap untuk mendampingi.
Sejauh ini sudah banyak peserta yang mengikuti ekskursi relief candi ink. Peserta terjauh datang dari Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, NTT, Kalimantan Timur, dan lain-lain. Harapan untuk masyarakat luas semoga lebih mengenal kisah relief, memahami maknanya, dan mampu menerapkan nilai budaya nusantara dalam kehidupan pribadi serta bersama sebagai warga NKRI. “Untuk para peserta ekskursi, semoga kegiatan ini dapat menjadikan pemahaman mereka terhadap relief. Selain itu, bisa menjadi inspirasi serta edukasi untun berkarya seni, apapun cabang seni yang mereka tekuni,” tutur Bambang Eka Prasetya. (ESR/Red)