Selembaran kertas yang berisi kritikan ditempeli di kaca kantor Dema Universitas (Sumber Foto: Niha)
Klikdinamika.com- Tiga orang Mahasiswa Baru (Maba) angkatan 2025 menempelkan kertas berisi kritikan di kantor Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema), sebagai bentuk protes terhadap ketidakbecusan Panitia PBAK 2025 dan Dema menanggapi keresehan Maba, Kamis, (28/8/2025).
Tepat pukul 11.00 siang setelah kuliah umum yang dihadiri oleh seluruh mahasiswa baru selesai dilaksanakan, ketiga orang mahasiswa baru berkumpul, mulai menjalankan aksi tempel-menempel kertas di sekitaran ruangan Dema Universitas.
Sejumlah kertas yang ditempel menghiasi kaca luar ruangan Dema bertuliskan sindirian atas bentuk apatis dan anti-kritik Dema terhadap mahasiswa UIN Salatiga. Sindiran yang tertera di dalam kertas seperti “Hobi mengkritik, tapi anti kritik”, “Dana setengah milyar buat apa saja sih?” dan lainnya.
Tiga orang mahasiswa baru angkatan 2025 yang beraksi ialah Harun Wahid Ar-Rasyid, Negla Bintang Mawardi, dan Dea Nur Rohmah. Negla, mahasiswa baru yang berasal dari Program Studi (Prodi) Manajemen Bisnis Syariah, mengungkapkan bahwa aksinya dilakukan sebagai bentuk protes lantaran sikap apatis Panitia PBAK dan Dema Universitas selama keluhan mahasiswa baru beredar di akun sosial media.
“Kami para maba yang menempelkan kertas di sini itu adalah bentuk protes terutama karena sikap anti-kritik dan pembungkaman yang dilakukan oleh Dema UIN Salatiga terhadap kritik bahkan saran pun dibungkam, di akun-akun sosmed. Jadi, sebagai bentuk protes kami, sekarang lewat aksi protes dengan cara menempelkan kertas di kantor Dema,” ungkapnya.
Sama seperti Negla, Harun juga menyatakan keresahannya terhadap Dema yang memiliki otoritas tertinggi di kampus namun enggan di kritik oleh para mahasiswa. “Waktu PBAK dana sampai sekarang belum ada transparansi sama sekali, dan Dema waktu di kritik lewat sosmed malah tidak menerima kritik, atau bisa dikatakan tindakan mahasiswa tapi tidak seperti mahasiswa. Malah ngajak sharelock, tidak menerima kritik secara terbuka,” jelasnya.
Dea, mahasiswi yang ikut berkontribusi itu mengaku bahwa aksinya didorong oleh perasaan resah terhadap keluhan mahasiswa baru yang termuat di akun Instagram @uinsalatiga.parkir.
“Awal dari keresahan semua maba yang diaspirasikan ke akun @uinsalatiga.parkir. Dan itu membuat kita merasa greget gitu dengan adanya postingan-postingan yang telah diupload. Dari kita ada rasa keadilan. Karena kita berpegang teguh pada keadilan bagi hak mahasiswa baru, yang dimana kita Maba merasa tertindas dengan penugasan-penugasan, iming-iming jastip oleh kakak tingkat kita,” ucapnya.
Ia menambahkan, aksinya hanya dilakukan oleh 3 orang mahasiswa baru karena ajakannya tak dihiraukan oleh teman sesama mahasiswa baru. “Kami sudah berupaya (Red: mengajak) semaksimal kita, dengan menyebarkan selebaran-selebaran kertas yang telah kami print out, dan kertas itu merujuk pada keresahan maba untuk panitia PBAK, dan ternyata tidak ada yang notice kita, maka dari itu kita berani bertindak,” tambahnya.
Negla menambahkan, mereka hanya bergerak bertiga karena sebagai pendorong bagi teman-teman mahasiswa baru lainnya.
“Alasan kami berani 3 orang seperti ini karena mungkin dari teman-teman yang lain itu ada yang takut, ada yang memilih apatis, tapi kami 3 orang ini ingin menjadi pemantik untuk teman-teman yang lain itu tidak usah takut. Mahasiswa itu setara, manusia itu setara. Kita tidak usah takut terhadap sesuatu yang lebih berkuasa,” ucapnya.
Ketiga orang mahasiswa baru tersebut berpesan kepada seluruh panitia PBAK dan Dema untuk mendengarkan aspirasi serta kritik dari mereka dan seluruh mahasiswa UIN Salatiga.
“Kami cuma ingin transparansi dananya yang jujur, dan tidak ada pembungkaman lagi bagi kritik dan saran yang lain,” ujar Negla. (Red/Kamal/Asa).