Puisi: Prahara Bilik Tawa

Oleh: Isma Sabrina

Molek bunga mawar tak lagi mekar

Dawai-dawai berduri kian mengakar

Dua bocah kecil menatap langit penuh nanar

Beberapa manusia dewasa mengusap peluh di dunia ingar bingar

Apa Tuhan ingkar?

Sedang aku, seonggok jiwa mencipta dosa

Menyulam bibit-bibit kemaksiatan

Merencah pusaran hitam dalam putih yang senada tapi tak sama

Tuhan beri aku segudang tawa hampa makna

Dan mereka, acap kali diikat derita dan nelangsa

Hingga Dia renggut kepedihannya

Dengan tawaran bahagia yang bukan di dalam fana semesta

Cerita ini bukan lagi tentang kucuran peluh atau darah, tapi tentang air mata yang meruah

Menikam perasaan dalam bilik tawa diriku yang tiada rupa

Beku bibir ini sesaat menatap getir kisah mereka

Tiada daya, gelak tawa, apalagi kata

Merasa iba, sedang raga mematung; Ah! Tak guna!

Jiwa ini sudah lama mati bersama badai bulan lalu yang sukses memporak-porandakan rasa

Manikam telah menjadi sekam

Aku hidup dalam bayang kesia-siaan

Salatiga, 20 Desember 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *