Pro Kontra Kuliah Online Kampus IAIN Salatiga

Klikdinamika.com, Salatiga- Sejak Senin, 16 Maret 2020 mahasiswa IAIN Salatiga telah melaksanakan perkuliahan secara daring. Sesuai surat edaran rektor, pembelajaran secara online akan dilaksanakan hingga Selasa, 31 Maret 2020.

Berkaitan dengan pencegahan pandemik Covid-19 pelaksanaan kuliah dilakukan secara online. Namun hal ini menjadi berbeda terhadap apa yang diterapkan. Di mana kuliah yang dilakukan online menjadi penugasan online. Hal inilah yang menjadi keluh kesah mahasiswa yang telah disampaikan pada berita klikdinamika.com sebelumnya. Selasa, (24/03/2020).

Beberapa mahasiswa setuju dengan sistem kuliah online untuk pencegahan, tapi dengan tugas yang tidak memberatkan mahasiswa. Dosen diharapkan tidak memberi tugas secara serentak dan deadline yang dekat.

“Saya setuju dengan kuliah online, dengan satu hal yaitu dosen tidak memberikan tugas secara serentak. Sebab tugas secara serentak itulah yang menjadi beban,” ucap Ashif mahasiswa Ekonomi Syariah (ES) saat diwawancarai.

Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah (HES), Rohman mendukung perkuliahan dengan sistem tatap muka dengan syarat penyediaan tempat pencuci tangan dan sabun di titik tertentu di kampus. Kemudian setiap mahasiswa diwajibkan menjaga jarak dengan mahasiswa lainnya maupun dosen.

“Saya setuju kuliah online diterapkan sebagai penanggulangan covid-19. Namun saya lebih mendukung jika perkuliahan tetap dilakukan dengan sistem tatap muka. Dengan beberapa syarat yaitu penyediaan cuci tangan dan sabun di titik-titik tertentu di kampus, lalu mahasiswa juga harus dapat menjaga jarak dengan mahasiswa lainya begitupun dengan dosen,” Jelas Rohman.

Berbeda dengan Farida, mahasiswa Hukum Tata Negara (HTN) mengungkapkan bahwa ia lebih memilih stay home. Sebab, menurutnya hal sekecil apapun dapat terjadi dalam penularan virus Covid-19 ini.

“Saya lebih memilih stay home, karena hal sekecil apapun itu bisa saja terjadi. Apalagi cewe yang suka minjem kaca, lipstik dan lain-lain. Karena terlalu sering bertemu juga akan bersentuhan mau gak mau pasti terjadi. Lebih baik menghindari, daripada dapat madhorot lebih banyak,” jelas Farida.

Salah satu dosen Tadris Bahasa Inggris, Iqbal (disamarkan),  memahami kesalahfahaman ketika kuliah online diartikan tugas online. Menurutnya beberapa dosen terutama dosen yang sepuh dan belum terbiasa dengan IT memberikan tugas agar mahasiswanya tidak bersantai.

“Saya bisa memahami kesalahfahaman yang terjadi ketika kuliah online disalahfahami sebagai tugas online. Mungkin dari pada bengong di rumah setiap dosen memberi tugas mingguan atau andaikan satu tugas tapi banyak hal yang dikerjakan. Bisa jadi sebagian dosen sudah sepuh dan belum terbiasa dengan IT,” tuturnya.

Iqbal mematahkan pernyataan bahwa kuliah online sama dengan tugas online. Karena di mata kuliahnya menggunakan aplikasi yang sederhana, santai dan mengedukasi. Ia menggunakan aplikasi Whatsappp untuk berdiskusi setiap minggunya saat presentasi sesuai jadwal dan tema yang ditentukan. Suasana menjadi menyenangkan saat diskusi berlangsung dengan menggunakan teks, voice note, ppt maupun video dan beberapa video dibagikan sebagai materi pelengkap diskusi. (SFW/Red)

1 Komentar

  1. Muhammad Iqbal Balas

    Bukan hanya dosen yang sudah sepuh. Dosen yang masih muda dan baru malah lebih sadis dalam memberikan tugas. Juga dengan deadline yang gak banyak alhasil mahasiswa mengeluh tentang hal itu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *