LPM DinamikA Adakan Diskusi Online Soal Menjaga Nalar Kritis

Klikdinamika.com, Salatiga- LPM DinamikA adakan diskusi secara online. Sabtu, (10/10/2020).

Diskusi yang diinisiasi oleh Koor. Reporter dan Devisi Pendidikan ini dikuti seluruh reporter LPM DinamikA beserta tamu undangan.

Dengan mengangkat tema “Menjaga Nalar Kritis di tengah Pandemi”, dalam sambutanya, Ervanio Septian, Pimpinan Umum LPM DinamikA menjelaskan bahwa pandemi ini cukup mengurangi praktek jurnalistik.

“Kru Reporter LPM DinamikA yang seharusnya belajar secara tatap muka mulai berkurang karena pandemi. Karena itu kegiatan seperti liputan, investigasi dan diskusi sedikit demi sedikit terbengkalai yang menyebabkan turunya daya nalar kritis,” jelasnya.

Dalam diskusi online part pertama ini, LPM DinamikA menghadirkan narasumber A. Faruuq, ketua BEM Universitas Islam Malang dan Manik Marganamahendra, ketua BEM Universitas Indonesia 2019.

Namun dalam konfirmasi terakhir, Manik Marganamahendra tidak bisa menghadiri diskusi online ini dikarenakan masih memberikan penolongan kepada demonstrans penolakan omnibuslaw yang tertahan di Jakarta.

Henrik, panitia diskusi berharap agar diskusi ini dapat mengembalikan semangat kritis profresif para mahasiswa, khususnya untuk reporter LPM DinamikA. “Acara ini sangat bagus, karena budaya kritik mahasiswa itu semakin lama semakin berkurang, apalagi ditengah kemajuan teknologi dan informasi. Dengan menjaga nalar kritis ini tentu kita bisa mengembalikan budaya kritis mahasiswa, bukan hanya mengendalikan budaya kritisnya tetapi lebih kepada meningkatkan,” papar Henrik.

Tambah Henrik, “kedepannya mahasiswa terkhusus untuk anggota LPM DinamikA agar lebih kritis lagi terhadap keadaan sekitar dari hal kecil hingga besar.”

Diskusi pertama dari tiga kali diskusi yang direncanakan ini cukup berjalan dengan baik. Terlihat banyaknya peserta yang antusias mengajukan pertanyaan.

Dwi Puspita, peserta diskusi yang juga kru reporter LPM Dinamika,  Mengatakan bahwa diskusi ini sangat bagus. Ditambah temanya yang cukup untuk mengkritis RUU Omnibuslaw yang masih hangat.

“Bagus mbak, soale diskusi ini cukup dapat menyinggung isu yang lagi anget seperti pengesahan RUU Omnibus Law. Selain itu pemantik juga tidak banyak basa basi dalam menyampaikan materinya,” ungkap Dwi.

Bagi Dwi, nalar kritis mahasiswa sangat dibutuhkan dalam melihat situasi yang terjadi. “Tadi tuh di diskusi bahas tentang bagaimana sih menjaga nalar kritis mahasiswa. Dalam hal ini nalar kritis mahasiswa sangat diperlukan apalagi dengan keadaan yang terjadi saat ini yang berkaitan dengan UU cipta kerja,” ungkap Dwi.

Faruuq juga beranggapan bahwa berpikir kritis sangat penting, apa lagi disituasi sekarang ini yang mengalami banyak perubahan hampir disemua lini sehingga memerlukan gagasan kritis.

“Sebagai mahasiswa sudah semestinya pandai memilah informasi. Karena saya rasa sudah banyak sebenarnya media yang bisa kita jadikan sumber aktualnya. Baik media terpercaya, bahkan web-web lembaga atau yang bersangkutan di suatu informasi dan memudahkan kita untuk mengakses informasi aktualnya” Ujar Faruuq saat dihubungi.

Diakhir acara Faruuq berpesan kepada seluruh pemuda untuk tetap kritis dalam berbagai hal, terutama dalam mengkonsumsi informasi dari media.

“Dengan mempertahankan budaya literasi membaca buku bahkan membaca realitas sosial minimal di lingkungan sekitar. Karena dapat memberitahu fenomena-fenomena sehingga memberi stimulus daya kritis kita. Selain itu, dalam bermedia kita juga harus fahami isi informasinya kemudian cek benarkah bersumber dari media yang bersangkutan dalam informasi tersebut,” tutup Faruuq.

(Farah/Rizqa/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *